Namanya Mas Rio, pemuda perantauan asal Kebumen yang sudah dua tahun buka konter pulsa kecil di pinggir gang sempit kawasan Jogja Utara. Setiap hari kerjanya ngisi pulsa, ganti kartu, dan bantu orang tua sekitar setting HP baru. Siangnya, konter sepi. Biasanya dia duduk di kursi plastik, ngemil mi instan, sambil nontonin video lucu atau buka media sosial. Tapi siang itu beda—tiba-tiba dia kepikiran buat buka game lawas: Sweet Bonanza.
Awalnya sekadar pelampiasan bosan. Saldo dompet digital tinggal 18 ribu, sisa hasil isi ulang pelanggan kemarin. “Ah, iseng aja ah, siapa tahu hoki,” gumamnya sambil nyeruput kopi sachet yang udah dingin. Baru beberapa kali spin, simbol Permen Biru dan Bom x100 muncul bersamaan. Layar HP-nya langsung kedip-kedip, suara efek kemenangan bikin dia refleks berdiri dari kursi.
Tiap putaran menghasilkan tambahan angka. Gak sampai lima menit, jumlah koin virtual di layar melesat tajam. Tangannya sampai gemetaran. Totalnya? Hampir 7 juta rupiah. Seisi konter yang cuma berisi etalase tua dan kipas angin kecil jadi saksi momen kemenangan itu.
Rio langsung matikan layar HP. “Kalau lanjut bisa-bisa hilang,” batinnya. Dengan jari masih agak tremor, dia buka aplikasi e-wallet dan pilih tarik tunai. Sambil menunggu notifikasi dana masuk, dia berdiri di depan konter, lihat motor tuanya yang bannya udah aus. Dalam hati dia bersyukur, “Lumayan, bisa ganti ban, servis, sama traktir anak kos.”
Buat Rio, Sweet Bonanza awalnya cuma kenangan game jaman kuliah, tempat pelarian dari stres. Tapi siang itu, game ini berubah jadi sumber rejeki tak terduga. Bukan sekadar soal uang, tapi tentang rasa percaya diri yang lama hilang karena tekanan hidup rantauan.
Dia gak update story, gak teriak-teriak ke pelanggan. Dia cuma duduk tenang sambil makan nasi padang, nikmatin sambel ijo sambil senyum sendiri. Bukan karena menang besar, tapi karena hidup kadang cuma butuh satu momen kecil buat bikin segalanya terasa lebih ringan.
Artikel ini ditulis berdasarkan cerita dari komunitas digital yang dibagikan secara anonim. Kemenangan bukan tujuan utama, tapi pengingat bahwa harapan bisa muncul di tengah rutinitas sederhana.